PERAN MIKRONUTRIEN BAGI IBU HAMIL
Vitamin dan mineral sangat penting untuk kesehatan dan masa pertumbuahan
manusia. Kekurangan vitamin dan mineral (defisiensi mikronutrien) akan
berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Pada ibu hamil, keadaan defisiensi
mikronutrien dapat berpengaruh buruk terhadap keturunan. Status mikronutrien
ibu hamil juga diketahui mempengaruhi jalur regulasi hormonal pada janin dan
neonatus . Misalnya, kekurangan zat besi atau seng dapat mengurangi aktivitas
insulin-like growth factor- 1 dan reseptornya, sehingga menghambat pertumbuhan
janin. Secara khusus, pola makan selama trimester pertama kehamilan lebih
penting untuk perkembangan diferensiasi berbagai organ.
Beberapa jenis vitamin dan perannya bagi ibu hamil :
Vitamin A
Percobaan pada hewan menunjukkan, kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
disfungsi plasenta, kematian janin dan malformasi congenital. Diet tinggi
asupan vitamin A (retinol dan ester retinil) selama kehamilan, berhubungan
dengan cacat lahir yang berasal dari neural chest cranial.
“Vitamin A inilah yang menginsiasi terjadinya miosis pada sel telur,”
kata dr. Noroyono. Pada ibu-ibu yang kekurangan vitamin A, proses miosis akan
mengalami kelainan dan kalau miosisnya mengalami kelainan, akan timbul
disjunction. Dan, kalau terjadi disjunction akan terjadi disomi; satu telur
memiliki kromosom ganda. Ternyata, asam retinoat juga menginduksi spermatogonia
dan kemudian maturasi dari sperma pada awal dari miosis. Kekurangan vitamin A
secara ekstrim juga akan menghambat pembentukan selubung saraf. Kekurangan
vitamin A juga menyebabkan kongenital diafragmatik hernia.
Dr. Noroyono mengatakan bahwa, untuk mematangkan paru, kita sering hanya
memberikan steroid. Padahal, untuk pembentukan alveoli yang cukup, dan sekresi
surfaktan yang cukup juga dibutuhkan asam retinoat. Sehingga, kalau pasien
dicukupi vitamin A-nya, efek pemberian steroid
untuk mematangkan paru akan lebih sempurna lagi. Karena proses
alveolisasi dan pembentukan surfactant akan berjalan dengan sempurna.
Vitamin B
Vitamin B1 memiliki peran dalam pencegahan teratogenesis, dan asupan
vitamin B2 dapat berkorelasi positif dengan pertumbuhan janin. Kekurangan
vitamin B6 merusak pancreas, yang memroduksi insulin dan suplemen selama
trimester kedua dan ketiga kehamilan, dan dapat meningkatkan intoleransi
glukosa pada wanita dengan diabetes gestasional.
Vitamin B juga merupakan kofaktor penting dalam pengembangan sistim saraf
pusat, dan dapat mempengaruhi perkembangan otak dan fungsi kognitif. Kurangnya
vitamin B12 selama masa kehamilan, akan memperlambat mielinasi dari sistim
saraf janin. Namun, efek ini dapat ditangkal dengan pemberian vitamin B12 pasca
natal.
Vitamin E
Kekurangan vitamin E selama kehamilan pada hewan coba, menghasilkan cacat
embrio janin dan kematian. Tetapi dalam sebuah penelitian terbaru terhadap 289
ibu hamil, tidak menemukan adanya hubungan antara konsentrasi vitamin E pada 18
dan 30 minggu kehamilan, dan berat lahir atau skor Apgar bayi.
Vitamin
D
Vitamin D berhubungan hampir dengan semua kerja hormone dan enzim, yang
bekerja hampir di semua lini kehamilan. Ini tidak saja pada ibu, tapi juga pada
laki-laki. Pada wanita sehat, vitamin D dibutuhkan untuk steroidogenesis
hormone seks. Kekurangan vitamin D akan berdampak sangat besar. “Pasien saya,
yang saya periksa kadar vitamin D-nya ternyata defisiensi vitaminnya sangat
banyak. Hampir 80% kekurangan vitamin. Dan, cukup mengerikan karena kadarnya
banyak yang di bawah 15 IU. Padahal kita tahu, defisiensi vitamin D itu
batasnya adalah 30 IU.
Vitamin
K
Pada trimester pertama, kekurangan vitamin K akan menyebabkan
maxillonasal hipoplasia di neonates, dengan implikasi wajah dan ortodontik.
Sementara, bayi yang lahir dari ibu dengan malabsorpsi vitamin K, dapat
menderita kelainan tulang belakang dan kalsifikasi abnormal.
Zat besi
Secara signifikan, kelompok Barker menemukan bahwa rendahnya asupan zat
besi selama masa kehamilan, akan menyebabkan rasio plasenta-fetal meningkat.
Pada gilirannya merupakan predictor yang baik dari penyakit jantung dan meningkatnya
tekanan darah di masa dewasa.
Menariknya, wawasan baru muncul dalam peranan zat besi dan tembaga, pada
perkembangan neurokognitif dan neurobehavioral selama masa dua pertiga terakhir
dari kehamilan, dan konsekuensi jangka panjang defisiensi perinatal kedua zat
tersebut. Keseimbangan antara zat besi dan tembaga, diakui menjamin
perkembangan otak yang tepat. Kekurangan zat besi akan mengakibatkan
hipomielinasi, yang menunjukkan bahwa defisiensi zat besi pada otak tikus
selama masa pertumbuhan tergantung pada kecukupan kandungan tembaga yang
memadai.
Di seluruh dunia, defisiensi zat besi merupakan defisit gizi yang paling
umum terjadi, dengan atau tanpa anemia. Meski pun kekurangan zat besi adalah
penyebab umum, anemia juga bisa disebabkan penyebab lain, misalnya kekurangan
asam folat, vitamin B12 dan B6. Penelitian pada manusia dan hewan menunjukkan
bahwa anemia karena defisiensi zat besi di awal kehidupan, terkait dengan
perkembangan perilaku dan perubahan saraf, dan menghasilkan efek ireversibel pada
neurokimia dan neurobiology.
Yodium
Yodium diperlukan untuk mensintesis hormone tiroid, yang, pada gilirannya
dibutuhkan untuk mielinasi sistim saraf pusat. Yodium dibutuhkan untuk
perkembangan otak normal. Kekurangan mineral ini selama selama periode kritis
dari perkembangan pada masa kehamilan, dapat menyebabkan retardasi mental dan
defisit perkembangan saraf lebih rendah.
Kalsium
Drake menyatakan bahwa ion kalsium megatur sejumlah proses fisiologis,
termasuk ekspresi gen neuronal dan sekresi saraf neurotransmitter. Kalsium
kebanyakan ditemukan di tulang tubuh dan sejumlah kecil beredar dalam aliran
darah. Menariknya, setiap kali kadar kalsium jatuh terlalu rendah, tubuh akan
menarik atau meluluhkan kalsium dari tulang untuk mempertahankan kadar darah.
Jadi, kekurangan kalsium sementara tidak akan mempengaruhi kognisi kekurangan
kalsium, dapat mempengaruhi kesehatan di kemudian hari.
Tembaga
Defisiensi tembaga akut menybabkan resorpsi janin. Sementara, defisiensi
ringan mengakibatkan kelainan kulit, abnormalitas saraf dan rambut. Zat tembaga
berperan pada beberapa funsi biologis dan terlibat dalam pembentukan jaringan
ikat, metabolism zat besi, fungsi jantung, fungsi kekebalan tubuh dan
perkembangan sistim saraf pusat.
Seng
Seng diperlukan sebagai kofaktor pada sebagian besar metabolism tubuh.
Rata-rata tambahan kebutuhan seng terus meningkat sampai trimester ketiga,
sebesar 9 mg perhari. Pemberian asupan gizi akan mempengaruhi absorbs seng,
karena kedua mineral tersebut bersifat kompetitif inhibitor, di mana absorbs
besi lebih besar dibanding seng.
Defisiensi seng menyebabkan teratogenik, bahkan perubahan kecil dapat
menyebabkan masalah jangka panjang. Jika hal ini terjadi selama periode kritis
organogenesis, akan terjadi teratogenitas. Diperlukan observasi yang memiliki
implikasi penting, bagi strategi suplementasi.
Folat
Ketidakcukupan folat akan mengakibatkan terjadinya pengurangan
biosintesis DNA dan pembelahan sel. Akibatnya akan terjadi anemia, leucopenia
dan trombositopenia. Penurunan siklus metilasi akan berpengaruh terhadap kadar
homosistein plasma secara keseluruhan, atau hiperhomosisteinemia. Asupan asam
folat yang memadai pada perikonsepsi, terbukti mencegah neural tube defect pada
janin, mencegah spina bifida dan cacat lahir yang sangat serius.
Namun demikian,
menurut dr. Dr. dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG, “Pemberian asam folat saja tidak
cukup. Asam folat tanpa B12 dan B6 tidak bisa bekerja. Karena homosisteinnya
akan menjadi lebih tinggi. Dan homosistein ini akan menyebabkan timbulnya
preeklamsi, NTD dan kelahiran premature. Jadi, kalau memberikan folat, sejawat
harus memperhatikan bahwa prosesnya tidak terlepas dari B12 dan B6.” Yang juga
harus diberikan adalah Kolin. “Kalau keempatnya (asam folat, B12, B6 dan Kolin)
tidak dicukupi, akan menginduksi homosistein yang efeknya bisa ke mana-mana,”
kata dr. Noroyono.
Tidak ada komentar: